MEMOTONG KAKI ORDE BARU

22.45 Posted by Rendra Kurniawan 07

Oleh : Rendra Wahyu Kurniawan
Abad kelam negara demokrasi ini dimulai pada masa orde baru, setelah tambuk kepemimpinan yang telah beberapa tahun dipegang oleh Soekarno berpindah tangan ke Soeharto. Sebagai seorang Jendral besar layak ketika kepemimpinannya menjadi sangat otoriter. Ditambah lagi peran militer yang senantiasa mendukung keberadaannya untuk tetap di puncak kepemimpinan negara ini. Kita ketahui ketika kita ingin menguasai negara lebih lama, maka kuasailah militernya. Dimulai dari itu pula kesewenang-wenangan seorang Soeharto yang mengaku dirinya anti Komunis. Seakan dunia ini terbalik ketika Indonesia pada masa Soekarno yang begitu demokratis beralih ke Soeharto yang sangat otoriter dalam mengambil keputusan ataupun kebijakan.
Pers yang awalnya bisa mengkritisi pemerintah, seakan dibungkam mulutnya dengan senjata api, dan setiap tulisan-tulisan yang berbau perlawanan terhadap pemerintahan Bung Harto langsung dibredel, sehingga tidak bisa dikonsumsi oleh masyarakat luas. Selain itu juga instansi-instansi resmi pemerintah diwajibkan untuk mendukung segala hal kebijakan Soeharto, dan rakyat diawasi melalui pos-pos militer yang ada disetiap desa agar meminimalisir adanya gerakan-gerakan separatis anti Soeharto. Pada lingkup birokrasi pemerintahan mulai kecamatan sampai gubernur benar-benar berada dibawah naungan Soeharto. Adanya MENWA (Resimen Mahasiswa) juga membuat mahasiswa pada masa itu sulit untuk membuat gerakan perlawanan. Itulah alasan kecil kenapa pemerintahan Soeharto dapat bertahan lama. Setiap sektor yang rawan terjadi gerakan perlawanan telah ditutup aksesnya.
Kejadian-kejadian itu membuat orang-orang yang telah lama mendalami ajaran Komunisme menertawakannya, bukan karena mereka ingin melawan, tapi mereka menertawakan Soeharto yang menelan ludahnya sendiri karena dia terbukti tanpa mempelajari ajaran komunisme dan mengakui dirinya anti komunisme, telah mempraktekkan ajaran-ajaran komunisme dalam kepemimpinannya. Entah karena kebodohannya atau memang itu strategi yang ia gunakan untuk menarik ABRI ke pihaknya, karena pada masa Orde Lama perselisihan antara ABRI dengan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang tak kunjung usai.
Apa buktinya kemudian yang bisa menjelaskan bahwa dia sebenarnya seorang Comrade. Tentu masih ingat ketika kepemimpinan Lenin di Uni Soviet, atau kemudian kepemimpinan Mao Tse Dong di Republik Rakyat China. Walaupun Soeharto secara ekonomi mendukung paham liberalis dan kapitalis, tapi secara politis dia bertindak layaknya seorang Komunis. Akan tetapi pengakuannya masih tetap bahwa dia seorang anti Komunis. Serasa ingin menertawakannya bahwa pemimpin sekelas Soeharto juga sangat pragmatis dalam hal politik.
Dan pada 1998 akhirnya pemerintahan yang telah lama menduduki istana negara berhasil diruntuhkan oleh people power. Suka cita mewarnai orang-orang yang selama ini merasa dikurung oleh penjara militer Soeharto, pada waktu itu juga tawa yang awalnya hanya terdengar lirih dari orang-orang anti-Soeharto pada masa itu bisa diluapkan sepeerti halnya gunung merapi yang meluapkan lava panasnya. Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan!
Namun mereka tidak bisa berlama-lama meluapkan euforia, karena tunas-tunas baru dan tunas lama orde baru yang berkembang biak, masih menyimpan doktrinasi dari Soeharto yang bisa saja seiring berjalannya waktu mengembalikkan kejayaan pada masa orde baru untuk hari ini. Negara ini layaknya sebuah film yang ceritanya terus bersambung hingga beberapa episode, tinggal siapa yang bisa mencetak sejarah dan berhasil membuat sejarah baru untuk bangsa ini. Untuk itu sebelum mereka para orang-orang peninggalan orde baru berlari di depan kita, potonglah kaki mereka agar tidak bisa berlari lebih jauh lagi. Get our freedom, for us and for our children!!!

0 komentar:

Posting Komentar